Sumber artikel: http://IKA22-Smansapoleang.blogspot.com

Kamis, 20 Juni 2013

ARTI SEBUAH PERSAUDARAAN

Beberapa waktu yang lalu saya menerima sebuah e-mail dari seorang sahabat lama saya namanya A di Kuwait yang menyatakan bahwa saya adalah sesuatu yang berarti baginya dan mengharap untuk selalu berteman dan menjadi saudara meskipun jarak membentang. Mungkin Bagi sahabat saya e-mail yang dia kirim adalah sesuatu yang biasa saja dan normal dikirimkan untuk seorang sahabatnya. Tapi bagi saya e-mail tersebut penuh muatan arti. Saya menemukan kedamaian, kebanggaan, rasa haru dan yang paling penting saya mendapatkan nikmatnya menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain (seorang teman-red).

Saya yakin kita setiap hari merasakan berbagai nikmat yang di anugerahkan Allah SWT kepada kita misalnya nikmat kesehatan, nikmat makan, nikmat tidur (nikmat jasmani), tapi pernahkah anda merasakan nikmatnya ikatan Silaturrahim dan besarnya manfaat sebuah ikatan persaudaraan (dalam lingkup diluar keluarga sekandung-red)??
Pada saat istri saya akan kembali pulang setelah setahun lamanya berbhakti untuk ikut suaminya di Kuwait saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga….. Saat di Airport ketika rombongan kami mengantarkan istri saya pulang ke Indonesia. Saya sangat terharu dan bahagia begitu banyak keluarga yang mengantar, bahkan yang tidak ikut mengantar pun mereka menelpon kami untuk mengucapkan selamat jalan dan mengucap do’a untuk keselamatan perjalanan istri saya…begitu nikmat dan indah rasanya bagi kami, saat itulah kami merasakan bahwa kehadiran istri saya di Kuwait menyimpan arti tersendiri (persaudaraan-red) bagi banyak keluarga yang ada di Kuwait. Pada saat yang sama saya bertemu salah satu teman kami yang juga akan pulang ke Tanah Air karena Resign dari pekerjaannya setelah sekian tahun, yang membuat kami terkejut kami tidak mengetahui kalau dia resign dan hanya satu orang yang mengantarkannya ke Airport, padahal saya tahu bahwa dia cukup senior di Kuwait….Wallahu A’lam….
Pelajaran apa yang saya petik dari atas adalah benarlah pepatah orang tua kita dahulu bahwa ”Dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung”, apabila kita benar-benar melaksanakan dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari insyaAllah banyak manfaat dan kebaikan akan kita peroleh. Dimana pun, kapan pun dan kemana pun anda pergi senantiasa lah adab, sopan santun dan Akhlaqul Karimah menghiasi keseharianmu, maka niscaya kebaikan lah yang akan anda petik.
Lagi saya sampaikan pepatah orang tua kita dahulu ”Jika kita menanam padi maka padi pula lah yang akan kita panen/petik”, barang siapa menanam kebaikan maka kebaikan pula yang akan dia peroleh. Ada sebuah kisah di zaman Rasulullah SAW masih hidup…. (semoga saya terhindar dari kekhilafan dalam menceritakan kisah ini), saat itu Rasulullah sedang duduk dalam sebuah majelis bersama beberapa sahabatnya. Beliau bertanya kepada semua sahabatnya yang hadir saat itu? ”Siapakah yang pada hari ini telah mengantarkan Jenazah sampai ke Kuburnya?” Abu Bakar ra. (RadiyAllahu anhu) menjawab ”Saya Ya Rasulullah”, kemudian Rasulullah SAW bertanya kembali ”Siapakah yang hari ini telah menjenguk orang sakit?”, kembali Abu Bakar ra. Menjawab ”Saya Ya Rasulullah”, selanjutnya kembali Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya ”Siapakah yang hari ini telah menyantuni faqir miskin dan anak yatim?”, kembali Abu Bakar bersuara ”Saya Ya Rasulullah”, Setelah bertanya tiga hal tersebut Rasulullah SAW berkata ”Barang siapa yang memelihara tiga amalan ini, Wangi Syurga sangat merindukan kehadirannya”(Astaghfirullah dan mohon maaf jika ada kesalahan/kekurangan dalam cerita ini).
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kita banyak memperoleh saudara dan tentu saja kebaikan dan pahala dari Allah SWT, diantaranya ;
1. Antarlah jenazah saudaramu sampai ke kuburnya
2. Tengok dan berilah pertolongan jika ada saudaramu yang sakit
3. Berilah santunan dan sayangilah faqir miskin dan anak yatim
4. Berilah maaf jika ada saudaramu yang berbuat salah kepadamu dan menyadari kesalahannya
5. Jangan biarkan tetanggamu kelaparan dan bersedih hati sedangkan engkau kekenyangan dengan kelebihan makananmu dan terlena dalam kebahagiaan
6. Hibur dan bantulah saudaramu yang berada dalam kesedihan dan kesulitan
7. Berrendah hati lah kepada orang yang sombong (Jangan balas kesombongan orang lain dengan memperlihatkan kesombonganmu niscaya anda tak ada bedanya dengan orang tersebut)
8. Jangan sungkan dan biasakanlah untuk memelihara dalam lidahmu kata-kata/ucapan maaf jika bersalah, tolong ketika meminta bantuan orang lain dan terima kasih terhadap bantuan yang orang lain berikan kepada kita
9. Usahakan untuk tersenyum dan ucapkan salam ketika bertemu saudaramu sebab senyum adalah sedekah dan salam adalah do’a
10. Mulailah dari DIRI SENDIRI, DARI HAL YANG KECIL DAN DARI SEKARANG
Sepuluh hal di atas adalah sebagian kecil dari sejuta kebajikan yang bisa kita lakukan.
Saya teringat dengan sebuah cerita yang dikirimkan oleh teman saya :
Saat itu seorang wanita yang kaya dan berpendidikan tinggi sedang transit di sebuah airport ditengah perjalanannya untuk sebuah bisnis ke luar kota yang agak jauh dari asalnya, karena waktu transit yang cukup lama, untuk mengisi kekosongan waktu tersebut dia membeli sebuah majalah dan beberapa potong pie berukuran sedang.
Saat membaca majalah, duduk disamping dia seorang pria berpakaian sederhana juga sedang membaca buku. Diantara mereka berdua beberapa potong pie dalam bungkus plastic yang sudah dibuka. Sembari membaca majalah wanita tersebut mengambil sebuah pie untuk dinikmatinya, alangkah terkejutnya dia ketika lelaki tersebut juga mengambil kue pie tersebut dan memakannya tanpa meminta izinnya terlebih dahulu. Untuk kue pie yang pertama wanita itu masih bisa menahan rasa kesalnya. Dia coba lagi untuk mengambil dan memakan kue pienya, lagi-lagi lelaki tersebut juga mengambilnya tanpa berkata sepatahpun kepadanya.
Begitulah seterusnya setiap dia memakan satu kue pie itu maka lelaki tersebut juga memakannya. Wanita itu sangat kesal dan geram, berbagai kecaman dan cacian terhadap lelaki itu bersarang dalam hatinya dan membuat kepala dan dadanya panas dingin menahan amarah terhadap kekurang ajaran lelaki yang duduk disampingnya ini. Sampai akhirnya kue pie yang tersisa diantara mereka tinggal satu. Dalam otaknya wanita itu tersenyum, nah kena elo!! Dia biarkan kue pie tersebut dan dia mau melihat apakah lelaki ini masih merasa tak tahu malu untuk mengambilnya. Dengan tersenyum lelaki tersebut mengambil sisa satu buah kue pie tersebut membagi dua sama rata dan memberikan setengahnya kepada wanita itu. Meledaklah sudah hati dan kepala wanita tersebut, dia ambil setengah kue pie itu, berdiri dan meninggalkan laki-laki itu dengan wajah bersungut-sungut menahan amarah.
Saat ”boarding”(masuk pesawat-red) wanita itu ingin menyimpan kaca mata yang dikenakannya kedalam tas pinggangnya, ketika merogoh dan mencari tempat kacamata didalam tasnya alangkah terkejutnya dia ketika mendapatkan bahwa kue pie yang dibelinya ternyata masih terbungkus rapid an tersimpan didalam tas pinggangnya. Dia langsung menangis dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya…ya perlakuannya terhadap lelaki sederhana itu sangat memalukan. Dia begitu geram dan hatinya sangat resah hanya untuk beberapa potong kue pie yang dimakan lelaki itu yang dia pikir adalah miliknya. Sedangkan lelaki itu dia tetap tersenyum dan membiarkan kue pie miliknya kumakan ditambah dengan rupa wajahku yang bersungut-sungut tanpa meminta izin ataupun mengucap terima kasih dengan sekian kali kue pie-nya yang kumakan. Alangkah bersahaja dan luasnya hati lelaki tersebut. Pakaian sederhana yang membalutnya terasa sangat berbeda jauh dengan kekayaan hatinya. Meskipun dia dalam kesederhanaan namun begitu ikhlas miliknya dibagi dengan diriku yang terbalut dalam kemewahan pakaian dan penampilanku.
Ingin sekali aku bertemu kembali dengan lelaki itu, memohon maaf dengan segala kesalahan, kekurang ajaran dan kesombongan serta kebakhilanku. Ingin kupinta pelajaran darinya bagaimana dia bisa menikmati berbagi miliknya dengan orang lain (yang sama sekali tidak dikenalnya)….tapi semua tidak mungkin terjadi, pesawatku sudah mulai berjalan dan lelaki itu pun tentunya sudah berada dalam pesawat lain yang mengantarkan dia ke tempat tujuannya. Kejadian tersebut merubah wanita itu 180 derajat, Hikmah yang begitu besar dipetiknya untuk menjadi seorang manusia yang lebih bersahaja dan mau berbagi dengan orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau pamrih apapun.
Kawan, cerita di atas sangat sederhana tetapi mungkin terjadi dalam keseharian kita. Kadangkala kita mempunyai prinsip yang kita anggap benar tapi sebenarnya kita tidak menyadari bahwa hal itu kurang baik bagi orang lain dan kita tidak perduli dengan hal tersebut. Sering kita memilih-milih teman jika kita tidak mempunyai kepentingan dan tidak ada keuntungan yang bisa kita peroleh maka kita enggan untuk dekat dan berteman dengannya. Hal ini menyebabkan kita terisolasi oleh rasa ego hati kita sendiri. Carilah kawan dan saudara sebanyak mungkin, berikan manfaat dan keuntunganmu kepada mereka tetapi janganlah kita hanya ingin mengambil manfaat dan keuntungan dari mereka, percayalah nikmatnya persaudaraan dan berartinya kita bagi mereka sangat jauh lebih berarti daripada keuntungan (apalagi materi) dari sebuah ikatan teman dan persaudaraan.
Ingatlah ada 3 hal yang tidak bisa kita tarik kembali :
1. Batu yang telah dilemparkan,
2. Kata yang telah kita ucapkan, dan
3. Waktu yang telah kita lewati
Jadikanlah sikap dan perangaimu seperti padi, semakin dia berisi semakin dia merunduk dan merendah, padahal isinya memberikan banyak arti dan sangat vital bagi kehidupan. Janganlah semakin banyak kelebihan yang anda peroleh menjadikan anda semakin sombong dan merasa lebih baik dari orang lain yang menyebabkan kita lupa diri, padahal anda tahu ilmu yang Allah bagikan kepada seluruh manusia ciptaanNya sejak Nabi Adam As. hingga hari akhir nanti hanyalah setitik air ditengah samudera. Begitu tak berartinya jika dibandingkan dengan ke Maha Tahu-an Nya. Jadi untuk apa kita menyombongkan diri, jadikan sesuatu yang anda miliki meskipun sedikit bermanfaat bagi orang lain niscaya akan banyak orang yang mengelilingimu dan begitu banyak saudara akan kita peroleh. Ukurlah tinggi tubuhmu kemudian bayangkan tingginya langit yang tak terjangkau di atasmu, begitulah yang kita miliki jika dibandingkan dengan apa yang dimiliki-Nya.

Renugan Kecil Di Hari Ibu


Setiap tanggal 22 Desember selalu kita peringati sebagai Hari Ibu. Tentu saja hal tersebut sangat membanggakan terutama bagi kaum Ibu, karena begitu pentingnya peran seorang Ibu sehingga kita begitu menghargai kaum Ibu dan menjadikannya salah satu hari dalam setahun sebagai Hari Ibu.
Peran penting seorang Ibu dimitoskan bahwa wanita adalah sebagai tiang negara. Ibarat sebuah bangunan, maka tiang penyangga bagi tegak berdiri dan kokohnya sebuah negara terletak pada kaum wanita. Apabila kaum wanitanya baik, maka akan baik pula negara tersebut. Tetapi sebaliknya bila kaum wanitanya rusak berarti rusak pula negara tersebut. Sungguh sangat mulia kedudukan kaum wanita.
Kiranya memang tidak berlebihan kalau kita sepakat bahwa kaum wanita adalah tiang negara. Karena sebagaimana kita tahu kaum wanita atau kaum Ibu lah yang pertama kali meletakkan dasar-dasar pendidikan, pengajaran dan pelatihan kepada anak-anak kita. Semenjak di dalam kandungan, seorang ibu dengan penuh tulus ikhlas memberikan belaian kasih sayangnya sekaligus memberikan pengajaran kasih sayang dan kelembutan kepada anak yang dikandungnya. Hal tersebut dijalani seorang ibu hingga usia kandungannya 9 bulan 10 hari.
Begitu pun setelah anak lahir ke dunia, maka seorang ibu lah yang banyak berperan memberikan pendidikan, pengajaran dan pelatihan kepada anaknya. Dari sejak lahir seorang ibu dengan cermatnya mengasuh dengan penuh kasih sayang, memberikan pendidikan tentang kasih sayang, hormat menghormati, sopan santun dan sebagainya. Begitu seterusnya hingga anak menginjak usia dewasa, tak bosan-bosannya seorang ibu memberikan perhatiannya dengan penuh ketulusan. Jadi jelas peran seorang ibu sangat menentukan kualitas anak-anak yang dilahirkannya di kemudian hari.
Oleh karenanya sadar atau tidak, bahwa keluarga adalah elemen terkecil pembentuk sebuah negara. Apabila setiap keluarga terwujud kehidupan yang harmonis dengan generasi muda yang berkualitas secara fisik dan mental tentu akan sangat berpengaruh terhadap kualitas negara tersebut.
Namun ironinya saat ini, karena tuntutan emansipasi yang berlebihan sehingga kaum ibu malah ikut sibuk membantu suami mencari nafkah sehingga melupakan peran utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih bagi anak-anaknya. Urusan pendidikan anak sepenuhnya diserahkan kepada para pembantunya yang boleh jadi tingkat pendidikannya kurang memadai. Lha kalau sudah begini kondisinya, maka jangan heran kalau tumbuh generasi yang kurang berkualitas. Tumbuh generasi yang banyak menimbulkan masalah di dalam keluarga maupun masyarakat. Timbul kenakalan remaja dan tawuran antar pelajar salah satu hasilnya.
Bukannya saya anti emansipasi wanita, tetapi hendaknya emansipasi tersebut janganlah sampai meninggalkan kodrat wanita sebagai seorang ibu. Boleh saja kaum ibu membantu mencari nafkah suami tetapi hendaknya peran utama sebagai pendidikan, pengajar dan pelatih di rumah bagi anak-anaknya jangan sampai terabaikan.
Yang lebih parah lagi kalau kita cermati dan sungguh sangat disayangkan kalau seorang ibu sampai mau jadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) ke luar negeri. Ini namanya emansipasi yang kebablasan. Jadi TKW di luar negeri sungguh telah mengorbankan tugas mulia di dalam rumah tangganya dan sekaligus menjatuhkan harkat dan martabat bangsa. Lihat contohnya sering kita lihat banyaknya kasus yang menimpa para TKW kita dengan mendapat perlakuan yang tidak senonoh. Ada yang mengalami pelecehan seksual, ada yang dituduh mencuri, ada yang dituduh membunuh majikan dan akhirnya sangat tragis nasibnya harus berhadapan dengan hukuman mati.
Dalam hal ini saya mengajak kaum Ibu, hendaknya kembali kepada peran mulia sebagai ibu rumah tangga dengan tulus ikhlas. Biarlah peran mencari nafkah dilakukan oleh para suami. Kalau toh seorang ibu hendak berkarir hendaknya jangan mengorbankan kehidupan rumah tangganya apalagi sampai mau jadi TKW di luar negeri. Ingat masa depan nasib bangsa ini terletak di pundak para generasi muda yang ibu lahirkan saat ini.
Semoga renungan kecil di hari ibu ini menggugah kesadaran kita bersama, bahwa kaum Wanita adalah Tiang Negara. Jangan korbankan para wanita hanya karena alasan devisa. Semoga.